Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Taman Nasional Way Kambas ; surga flora n fauna langka






Way Kambas adalah tempat pusat latihan gajah-gajah Sumatera dan merupakan pusat latihan gajah pertama di Indonesia. Di tempat ini gajah-gajah liar Sumatera dilatih dan dimanfaatkan untuk pertunjukan seperti permainan sepak bola, berenang, dan lain sebagainya. Pengunjung dapat menunggang gajah dengan didampingi ...
*siapa yang ga ngiler dan kepingin liat kepintaran hewan ini?? konon katanya gajah merupakan hewan terpintar diantara hewan-hewan pintar lainnya loh >.< haduuuh ! bangga nya jadi orang indonesia yang punya tempat se-menakjubkan ini  :)) *

Taman Nasional Way Kambas a(TNWK) diumumkan/dinyatakan oleh Menteri Pertanian, tahun 1982
Ditunjuk oleh Menteri Kehutanan SK. No. 14/Menhut-II/1989 dengan luas 130.000 ha
Berlokasi di Kecamatan Way Jepara, Labuan Meringgai, Sukadana, Purbolinggo, Rumbia dan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung-INDONESIA
Temperatur Udara di tempat ini berkisar 28° - 37° C
Curah Hujan : 2500 - 3.000 mm/tahun
Ketinggian Tempat ini sekitar 0 - 60 m dpl.

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang terletak di sebelah utara Lampung ini identik dengan gajah, walaupun sebetulnya taman nasional itu juga tempat hidup satwa langka seperti badak, harimau sumatera serta hewan langka lainnya. Taman Nasional yang sudah ditetapkan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan dengan SK No. 670/Kpts-II/1999 itu merupakan taman nasional yang sudah terkenal ke mancanegara. Taman Nasional Way Kambas mempunyai luas 125.621,3 hektar dan secara administratif pemerintahan terletak di Kab. Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Temperatur udara 28° - 37° C. Curah hujan 2.500 - 3.000 mm/tahun. Ketinggian tempat 0 - 60 m. dpl. Letak geografis 4°37’ - 5°15’ LS, 106°32’ - 106°52’B T. Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Apa saja yang bisa kita nikmati di way kambas?

Pusat Latihan Gajah



Di Taman Nasional Way Kambas, kita bisa menikmati hal berikut ini yaitu atraksi gajah yang sudah terlatih. Atraksi gajah yang seperti apa yang bisa kita nikmati disana? Atraksi yang bisa kita dilihat adalah atraksi gajah menari, sampai atraksi gajah dengan iringan musik, misalnya sepak bola gajah yang cukup popular di kalangan wisatawan lokal, mengalungkan bunga, berjabat tangan, dan berenang. Jika mau, kita bisa menunggang gajah-gajah ini dengan membayar sejumlah uang tentunya.

Gajah-gajah di taman nasional itu tidak berada dalam kehidupan liar yang sebenarnya karena mereka semua berada dalam program pelatihan gajah. Gajah-gajah yang masih liar dijinakkan dan dilatih di Pusat Pelatihan Gajah Way Kambas. Pusat pelatihan ini didirikan untuk mengatasi masalah gajah liar yang kehidupannya terdesak karena habitatnya digunakan untuk ladang pertanian.

Suaka Rhino Sumatera



Selain pusat latihan gajah, taman nasional way kambas memiliki Suaka Rhino Sumatera (SRS) yang merupakan satu-satunya tempat pengembangbiakan satwa liar badak Sumatera di Indonesia. Bahkan SRS merupakan satu-satunya lokasi tempat pengembang biakan badak Sumatera secara semi alami di Asia atau mungkin dunia. Namun kunjungan wisata alam di SRS sangat dibatasi karena untuk kepetingan penelitian dan pengembangan badak sumatera.



Lokasi ini juga merupakan Proyek Penelitian Pembangunan Populasi Badak Sumatera di habitat aslinya serta penelitian Populasi Harimau Sumatera. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah Tracking di hutan Rimba atau berperahu motor kehulu atau hilir sungai untuk mengamati Flora dan Fauna dengan dipandu petugas.

Selain itu, jika berminat kita bisa mengelilingi Taman Nasional dengan menunggang gajah, tenang saja karena gajah – gajah tersebut sudah terlatih. Hm, bisa membayangkan sensasi yang bisa kita dapat dengan menunggangi mamalia darat terbesar ? Jika beruntung, kita bisa juga menjumpai berbagai satwa liar penghuni taman nasional way kambas. Namun, waktu terbaik untuk bisa melihat satwa – satwa liar itu adalah di pagi atau sore hari. Bagaimana dengan safari malam hari? Patinya, di malam hari tentu sensasi dan pemandangan yang bisa kita nikmati berbeda. Ketika malam hari, kita bisa melihat hewan yang aktif di malam hari, seperti babi hutan. Tapi jangan lupa untuk membawa lotion anti nyamuk, kalo ngga dijamin badan kita akan penuh bentol akibat gigitan nyamuk hutan nan ganas. Dan jangan pak parfum atau wangi-wangian yah! Hewan disana sensitif dengan bau asing , nanti bukannya dapat objek hewan yang cantik , yang ada hewan-hewan nya pada kabur lagi ..
hihi

Oia, di Taman Nasional way kambas juga tersedia kios makanan yang menjual berbagai makanan dan minuman serta tentunya souvenir sebagai pertanda petualangan kita di Way Kambas.

Fasilitas yang tersedia yaitu : musholla, parkir, pesanggrahan, arena atraksi, kios makanan dan cinderamata serta fasiitas umum lainnya.

RESORT WAY KANAN
Way Kanan adalah termasuk dalam wilayah Taman Nasional Way Kambas dengan lokasi 13 km dari Pintu Gerbang (Plang Ijo). Di sepanjang jalan itu pengunjung yang beruntung akan dapat melihat satwa liar yang berkeliaran atau melintas di jalan. Way Kanan adalah surga bagi pencinta alam dikarenakan flora dan faunanya.

Tips Perjalanan

Taman Nasional Way Kambas adalah taman nasional yang terletak di daerah dataran rendah dimana suhu udara sangat tinggi dengan terik matahari yang bisa membakar kulit. Agar kita merasa nyaman selama menikmati petualangan di Way Kambas, sebaiknya kita meyiapkan baju tangan panjang, topi (kalo ada topi rimba) untuk melindungi wajah kita. Usahakan memakai sepatu yang meutupi tumit.
Jika kita memutuskan untuk menginap, kita bisa mendirikan tenda atau menginap di mess pawang gajah.

Bagaimana menuju Ke Taman Nasional Way Kambas ?

Berikut rute untuk menuju kesana:
Bandarlampung - Metro - Labuhan ratu (100 Km), menggunakan mobil + 2 jam.
Branti - Metro - Labuhan ratu (88 Km), menggunakan mobil + 1.30 jam.
Bakauheni - Panjang - Sribawono - Labuhan ratu (1882 Km), menggunakan mobil + 3 jam.
Bakauheni - Labuan Meringgai - Way Kambas, menggunakan mobil + 2 jam.
Labuhan ratu - Pusat Latihan Gajah, menggunakan mobil + 15 menit.


Catatan tambahan untuk yang ingin melakukan penelitian dikawasan ini :

Potensi Flora



Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera. Kawasan ini terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar dan hutan payau/pantai dengan jenis floranya yaitu: Api-api (Avicenia marina), Pidada (Sonneratia sp.), Nipah (Nypa fructicans), gelam (Melaleuca leucadendron), Salam (Eugenia polyantha), Rawang (Glocchidion boornensis), Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Pandan (Pandanus sp.), Puspa (Schima walichii), Meranti (Shorea sp.), Minyak (Diptorecapus gracilis), Merbau (Instsia sp.), Pulai (Alstonia angustiloba), Bayur (Pterospermum javanicum), Keruing (Dipterocarpus sp.), Laban (Vitex pubescens) dan lain-lain.

Potensi Fauna

Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis),

 




Tapir (Tapirus indicus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Anjing hutan (Cuon alpinus), Rusa (Cervus unicolor), Ayam hutan (Gallus gallus), Rangkong (Buceros sp.), Owa (Hylobates moloch), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Siamang (Hylobates syndactylus), Bebek Hutan (Cairina scutulata), Burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster) dan sebagainya.





Catatan kaki :

Musim kunjungan terbaik pada bulan Juli sampai dengan bulan September. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi antara lain:

Pusat Latihan Gajah (PLG) Karangsari

Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (PLG) terletak 9 Km dari pintu gerbang Plang Ijo didirikan pada tahun 1985 dan telah menghasilkan sekitar 290 ekor gajah yang terlatih. Gajah-gajah dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah. Pada Pusat Latihan Gajah tersebut dapat disaksikan Pelatih dan mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah yang sangat luar biasa (main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya).

Way Kambas, untuk kegiatan berkemah.

Way Kanan, untuk kegiatan Penelitian dan penangkaran Badak Sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti.

Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas, untuk kegiatan menyelusuri sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), pdang rumput dan hutan mangrove.

 


Info by : Facebook Expedia Wisata

SIGER




Siger (Lampung:Lampung-sigokh.jpg, sigoʁ, sigokh) adalah mahkota pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan biasanya memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Siger adalah benda yang sangat umum di Lampung dan merupakan simbol khas daerah ini. Siger dibuat dari lempengan tembaga, kuningan, atau logam lain yang dicat dengan warna emas. Siger biasanya digunakan oleh pengantin perempuan suku Lampung pada acara pernikahan ataupun acara adat budaya lainnya.Pada zaman dahulu, siger dibuat dari emas asli dan dipakai oleh wanita Lampung tidak hanya sebagai mahkota pengantin, melainkan sebagai benda perhiasan yang dipakai sehari-hari. 

Sebuah cerita rakyat menceritakan tentang Siger ajaib. Di Marga Sekampung Lampung Timur terdapat sebuah cerita turun-temurun yang sampai saat ini masih di percaya sebagai sebuah legenda hidup. Dahulu kala bila warga akan mengadakan acara adat Lampung seperti pernikahan atau Cakak Pepadun.
 
Masyarakat meminjam atau menggunakan Siger Emas dari alam gaib melalui sebuah tempat di salah satu kebun warga. Kebun warga yang keberadaannya gaib itu, merupakan perkampungan masyarakat Lampung dari zaman yang lebih kuno. Karena suatu hal perkampungan ini hilang beserta penghuni kampung itu. Masyarakat masih bisa berhubungan dengan warga kampung yang hilang itu dengan cara meminjam Siger yang dipergunakan untuk digunakan dalam Kegiatan Adat tersebut. Namun karena ada oknum warga yang telah berlaku curang dengan tidak mengembalikan siger tersebut, keberadaan siger gaib itu hilang entah kemana. Namun masyarakat masih sering mendengar adanya suara-suara penghuni alam gaib. Seperti suara musik kolintang khas Lampung pada hari-hari tertentu.

Siger Saibatin


 

Siger pada suku Lampung yang beradatkan saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan batang/pohon sekala di masing-masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh adok/gelar pada masyarakat pesisir yaitu Suttan/dalom, Raja jukuan/dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/inton, gelar/adok ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak menggunakan gelar/adok raja begitu juga dengan gelar/adok lainnya.
Sedangkan bentuknya, siger saibatin sangat mirip dengan Rumah Gadang Kerajaan Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum Adityawarman di daerah Minangkabau, Provinsi Sumatra Barat. Karena itulah maka adat budaya Lampung saibatin mendapat pengaruh dari kerajaan Pagaruyung, hal ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Bejalan Diway, Buay Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Belunguh), dimana pada masa masuknya Islam di daerah Lampung pada masa kerajaan di tanah sekala bekhak, mendapat pengaruh dari kerajaan pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara adat saibatin dengan adat pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara dan alat yang digunakan banyak kemiripan


Siger Pepadun

Siger pepadun memiliki lekuk Sembilan yang berartikan ada Sembilan Marga yang bersatu membentuk Abung Siwo Megou. Tapi bentuk dari siger pepadun sangat mirip dengan buah sekala, hal ini pun bukan mustahil dikarenakan kerajaan sekala bekhak merupakan cikal bakal ulun lampung, dan proses terbentuknya abung siwo megou merupakan penyebaran orang lampung dari dataran tinggi Sekala Bekhak di Gunung Pesagi. Ini dapat dilihat dari tambo Buay Bejalan Diway bahwa Ratu Dipuncak meninggalkan kerajaan Sekala Bekhak untuk mencari daerah baru bersama keluarganya, Ratu Dipuncak memiliki empat orang putra yaitu Unyi, Unyai, Subing dan Nuban yang merupakan keturunan Paksi Buay Bejalan Diway serta lima Marga lainnya yaitu Anak Tuha, Selagai, Beliyuk, Kunang dan Nyerupa yang merupakan keturunan dari tiga Paksi lainnya sehingga menjadi Abung Siwo Mego. Namun berbeda dengan siger pesisir yang mirip rumah gadang, siger pepadun justru mirip dengan buah sekala. Seiring dengan penyebaran penduduk dan berdirinya beberapa kebuayan maka yang menggunakan adat pepadun bukan hanya abung tetapi juga oleh kebuayan lain yang kemudian membentuk masyarakat adat sendiri, seperti Megou Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan),Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi), serta Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Siger

Teluk Kiluan Surga Yang Tersembunyi


Wisata alam Pulau/Teluk Kiluan di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, cocok bagi Wisatawan yang gemar berpetualang. Topografinya yang berbukit dan berlembah menarik untuk dijelajahi. Perjalanan menuju Teluk Kiluan sudah merupakan tantangan tersendiri bagi Wisatawan. Jalan darat di Pesisir Barat Sumatera itu belum terlalu mulus sehingga perlu keterampilan dalam mengemudikan Kendaraan Bermotor untuk melewatinya.
Pantai di Teluk Kiluan yang cocok untuk dijadikan “Getaway Destination”. Di Pantai terdapat Gubuk atau Rumah Panggung yang cukup layak dijadikan tempat menginap para Pelancong.

Sejarah Teluk Kiluan

Mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh Masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya Umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Raden Anta Wijaya sangat dikenal Pemberani. Namun, banyak kerabatnya yang tidak senang kepada dia dan berusaha untuk membunuhnya.
Karena itu, akhirnya Raden Anta Wijaya meminta kerabatnya yang ingin membunuh dirinya tersebut agar membawanya ke Pulau yang saat ini bernama Pulau Kiluan. Sebab, dia hanya bisa dibunuh di Pulau itu, selanjutnya Raden Anta Wijaya dibunuh di Pulau tersebut. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.

Konon, kumpulan Lumba-Lumba di Teluk Kiluan adalah yang terbesar di Asia. Bahkan, di Dunia. Wisatawan yang berminat menyaksikan dari dekat Lumba-Lumba di Habitat aslinya bisa menyewa Perahu Katir. Jika beruntung, Wisatawan juga bisa menyaksikan Penyu Hijau, yang di waktu-waktu naik ke permukaan Laut. Belum puas menikmati alam pemandangan di Teluk Kiluan, pengunjung bisa menginap di sana. Hanya, kondisi penginapan memang belum terlalu bagus.
Di Pulau ini anda dapat melihat kumpulan Lumba-Lumba yang jumlahnya ratusan ekor. Setidaknya ada dua jenis Lumba-Lumba di perairan ini, spesies pertama adalah Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops Truncatus) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah Lumba-Lumba Paruh Panjang (Stenella Longirostris) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat.
Selain itu Anda juga bisa keliling Pulau dengan Perahu Katir sambil menikmati pemandangan yang indah. Sore hari, Anda bisa melihat primata berbulu hitam dan bersuara nyaring saling bersahutan. Ya, siamang (symphalangus syndactylus) dan Simpai (Presbythis Melalops) serta Kukang (Nycticebus Coucang). kerap sekali terlihat meloncat dari satu pohon ke pohon lain. kicauan burung pun terdengar hampir di setiap pagi dan sore yang mampu menyejukkan pikiran. Jika beruntung, Wisatawan juga bisa menyaksikan Penyu Hijau (Chelonia Mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), yang di waktu-waktu tertentu menepi ke Pantai.
Belum lagi jika Anda ke Kiluan pada saat Bulan Purnama. Wah…keindahan sang purnama bakal menimbulkan rasa takjub kepada Sang Maha Pencipta. Bagaimana tidak, cahaya Bulan jatuh di atas permukaan air Laut hingga membuat terang benderang. Keindahan alam ini bakal menjadi kenangan yang tak mudah dilupakan begitu saja.

Keistimewaan

 

Salah satu keistimewaan Teluk Kiluan adalah atraksi lumba-lumba di laut lepas. Pengunjung bisa menikmati keindahan tarian lumba-lumba dengan naik perahu ke arah Samudera. Ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini.
Spesies pertama adalah lumba-lumba hidung botol (Tursiops Truncatus) dengan badan lebih besar, berwarna abu-abu, dan pemalu. Spesies kedua adalah lumba-lumba paruh panjang (Stenella Longirostris) dengan tubuh lebih kecil dan senang melompat.
Daerah ini juga terkenal dengan keindahan alam dan surga bagi para pemancing handal. Setiap tahun diadakan lomba memancing di Teluk Kiluan yang diikuti oleh master-master pemancing seluruh Indonesia.
Kedua jenis lumba-lumba itu cukup akrab dengan manusia. Lumba-lumba senang mendekati perahu atau kapal yang tengah melintas di laut. Dari jauh, sirip lumba-lumba itu mirip antena kapal selam. Setelah dekat, lumba-lumba pun berloncatan, bergantian menyelam, timbul tenggelam, hampir tidak ada jarak dengan perahu. Mereka seolah berlomba menunjukkan diri kepada manusia dan mudah disentuh. Lumba-lumba itu tampak sangat menggemaskan, ingin rasanya memeluk dan menciumi mereka.
Menurut Ketua Yayasan Ekowisata Cikal, Riko Stefanus, atraksi lumba-lumba di Teluk Kiluan merupakan salah satu kekayaan alam dengan nilai jual wisata. Lumba-lumba di Teluk Kiluan tersebar di beberapa lokasi, antara lain Lengkalit, Teluk Bera, Pulau Legundi, Pulau Rakata, Pulau Tabuan, dan Pulau Hiu.

Fasilitas


Fasilitas penginapan di Teluk Kiluan sangat terbatas. Di Pulau Kiluan hanya terdapat 1 rumah panggung yang digunakan sebagai homestay, yang memiliki 4 kamar yang disewakan. Harga sewa semalam Rp.150.000,- perkamar, yang bisa diisi sampai 5-6 orang. Fasilitas amat sangat minim, listrik yang digunakan adalah generator sederhana yang menerangi sangat terbatas (110V). Alternatif lain adalah menginap di homestay yang berada di Teluk Kiluannya (daratan), dengan kondisi yang mestinya lebih bagus. Saya prefer menginap di Pulau Kiluan dengan pertimbangan supaya pagi buta bisa langsung naik kapal jungkung ’berburu’ lumba-lumba.

Akses dan Akomodasi

Transportasi umum dari Jakarta menuju Teluk Kiluan:
1. Kalideres – Pelabuhan Merak (ekonomi) Rp.15.000,-, sekitar 1.5 jam
2. Ferry penyebarangan Merak – Bakahueni (ekonomi) Rp.15.000,- (AC Rp.30.000,-), sekitar 2 jam
3. Bakahueni – Bandar Lampung (ekonomi) Rp.15.000,-, sekitar 2 jam
4. Travel Bandar Lampung (kali balok) – Kiluan (AC) Rp.45.000,-, sekitar 3-4 jam
5. Penyebrangan (kapal jungkung kecil) dari Teluk Kiluan menuju Pulau Kiluan, Rp.15.000,- /org sekitar 15 menit.
6. Jungkung untuk ’berburu’ Lumba-lumba : Rp.250.000/kapal, bisa diisi 3 orang, lama seluruh perburuan sekitar 2-3 jam.


  • Berpetualang Bersama Lumba – Lumba (Dolphin)
  • (103’40’ BT till 105’50’ BT and 03’45’ LS till 06’45’)
  • Lokasi Teluk : Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
  • Koordinat GPS : S5.749252 E105.192740
  • Jarak tempuh : ±80 Km dari Kota Bandar Lampung (±3-4Jam)
 sumber : kaskus / liburanwisata.com

Tari Melinting

Ayahanda Pangeran Panembahan Mas bergelar Minak Kejala Biddin dan saudaranya yang bergelar Minak Kejala Ratu, mengirim kabar kepada orang tuanya, Sultan Maulana Hasanudin yang masih berada di Banten. Dalam pesan itu keduanya meminta pertolongan karena kampung mereka sering disatroni perampok. Oleh Sultan Banten, dikirimlah “petunggu batang” berupa bibit tumbuh-tumbuhan untuk menjaga serangan rampok. yaitu bibit jati, bibit melaka (petai cina), burung kepala putih dan katang-katang. 

Ketika pohon jati ditanam menggunakan bibit yang dikirim tersebut, di sela-selanya  tumbuh alang-alang dan batang melinting. Oleh kedua putra Sultan Banten tersebut, daerah itu kemudian dinamakan Daerah Melinting, nama yang digunakan sampai saat ini. Ratu yang berkuasa di daerah itu juga kemudian digelari dengan Ratu Melinting.
 

Suatu ketika, Sang Ratu telah menciptakan satu tarian yang sangat indah dan sakral. Tarian itu hanya bisa dimainkan di lingkungan istana, dan bukan karya biasa. Namanya kemudian dikenal sebagai tari melinting. Tari ini sudah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yakni sejak masuknya agama Islam ke Indonesia. Tapi dalam perkembangannnya sekarang, tari melinting belum banyak dikenal oleh masyarakat, baik di daerah Lampung sendiri maupun masyarakat nusantara.
 

Sejarah tari melinting berawal pada abad ke-16, yaitu pada masa silsilah kedua Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas. Pada masa itu pengaruh Islam mulai mendominasi tata cara tarian, termasuk mempengaruhi tari melinting. Tarian ini terdapat di daerah Kecamatan Labuhan Maringgai, Desa Meringgai dan Wana, yang masuk wilayah Kabupaten Lampung Timur. Daerah ini tidak jauh dari pesisir lepas pantai yang berbatasan dengan Laut Jawa.
 

Menurut Agus Gunawan dari Sanggar Rumah Tari ”Sangisu” Bandar Lampung yang belum lama ini melakukan penelitian asal-usul tari melinting di Lampung Timur, fungsi tari melinting sudah banyak berubah, tidak seperti pertama kali diciptakan oleh Ratu Melinting. Ia memaparkan, tari melinting sebelum mengalami perkembangan penyempurnaan adalah mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting yang dipergelarkan hanya pada saat acara gawi adat Keagungan Keratuan Melinting. Para penarinya hanya terbatas dimainkan putera dan puteri Ratu Melinting sendiri. Pagelarannya dilakukan di Sesat atau Balai Adat.
 

Tari melinting yang dikembangkan kembali sejak 1958, tidak lagi merujuk sepenuhnya pada bentuk aslinya, baik gerak, busana, dan aksesoris. Telah terjadi modifikasi di sana-sini. Dari segi fungsi pun, persembahan tari melinting telah bergeser dari peragaan sakral menjadi tarian hiburan lepas atau paling tidak menjadi persembahan pada tamu agung yang berkunjung ke Lampung.
 

Sejak mengalami pergeseran fungsi, busana tari yang dipakai pun berubah agak jauh dari bentuk dan warna aslinya. Dulu penari melinting putra memakai kopiah emas melinting, baju dan jung sarat yang diselempangkan, baju teluk belanga, kain tuppal disarungkan, kipas warna merah, bulu seretei, sesapur handak putih, bunga pandan, dan celana panjang putih. Sekarang, penari putra memakai kopiah emas pepadun, baju teluk belanga, kain tapis, kipas warna bebas, dan bulu seretei.
 

Untuk busana dan aksesoris penari putri, tari melinting lama menggunakan siger melinting cadar warna merah/putih, kebaya putih tanpa lengan, tapis melinting, rambut cemara panjang, kipas warna putih, gelang ruwi dan gelang kano. Sekarang pakaian dan aksesori itu diganti dengan siger melinting cakar kuningan, kebaya putih lengan panjang, tapis pepadun, rambut disanggul, kipas warna bebas, gelang rawi dan buah jukum.
 

Gerakan yang dipakai dalam tari melinting dibedakan antara gerakan penari putera dan gerakan penari puteri. Gerakan penari putera meliputi babar kipas, jung sumbah, sukkung sekapan, balik palau, kenui melayang, nyiduk, salaman, suali, niti batang, lutcat kijang, dan lapah ayun. Sedangkan gerakan untuk penari puteri terdiri dari gerakan babar kipas, jung sumbah, sukung sekapan, timbangan atau terpipih mabel, melayang, ngiyan bias, nginjak lado, nginjak tahi manuk dan lapah ayun.
Klik Dapet Duit
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Yang Khas dari Lampung - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger